Prasejarah atau NIRLEKA ( NIR yang artinya tidak ada, dan LEKA yang artinya tulisan ) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa dimana catatan sejarah yang tertulis belum tersedia.
Zaman prasejarah dapat dikatakan bermula pada saat terbentuknya alam semesta. Namun umumnya digunakan untuk mengacu kepada masa dimana terdapat kehidupan di muka bumi dimana manusia mulai hidup.
batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan.
Pembabakan Prasejarah
KEHIDUPAN MASA PRASEJARAH
Arkaezoikum
Zaman ini berlangsung kira-kira 2500 juta tahun. pada saat itu kulit bumi masih panas, sehingga tidak terdapat kehidupan, disebut juga masa tanpa kehidupan.
Paleozoikum
Paleozoikum atau sering juga disebut sebagai zaman primer atau zaman hidup tua berlangsung selama 340 juta tahun. Mahluk hidup yang muncul pada zaman ini seperti mikroorganisme, ikan, amphibi, reptil, dan binatang yang tidak bertulang punggung.
Mesozoikum
Mesozoikum atau disebut juga sebagai zaman sekunder atau zaman hidup pertengahan berlangsung selama kira-kira 140 juta tahun, antara 251 hingga 65 juta tahun yang lalu. Pada zaman pertengahan ini reptil besar berkembang dan menyebar ke seluruh dunia sehingga pada zaman ini sering juga disebut sebagai zaman reptil.
Neozoikum
Neozoikum atau zaman kehidupan baru, dibagi menjadi dua zaman, yaitu zaman Tersier dan zaman Kuartier. Zaman Tersier berlangsung sekitar 60 juta tahun dan ditandai dengan berkembangnya jenis binatang menyusui.
Zaman Kuartier ditandai dengan munculnya manusia, sehingga merupakan zaman terpenting. Zaman Kuartier kemudian dibagi lagi menjadi dua zaman yaitu zaman Pleitosen dan zaman Holosin. Zaman Pleitosen ditandai dengan adanya manusia purba.
Zaman Pleitosen berakhir 10.000 tahun sebelum masehi dan kemudian diikuti oleh datangnya zaman Holosin yang berlangsung hingga sekarang ini.
Arkeologi
1. Zaman Batu
Zaman batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama dibuat dari batu disamping kayu dan tulang.
dan zaman batu ini dibagi lagi atas :
Zaman Batu Tua ( Paleolitikum )
Zaman batu tua ( Paleolitikum ), disebut demikian karena alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya, periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana. Pendukung kebudayaan ini adalah Homo Erectus.
Alat-alat dari tulang dan Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kegunaan alat-alat ini umumnya untuk : berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.
pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh-contoh alat-alat tersebut adalah :
- Kapak Genggam, banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut "Chopper" ( alat Pemotong )
- Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa : alat penusuk ( belati ), dan ujung tombak bergerigi
- Flakes, yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan untuk mengupas makanan.
Kebudayaan Pacitan dan Ngandong
- Pacitan: Pithecanthropus,
- Nagndong: Homo Wajakensis, dan Homo soloensis
Rentang waktunya juga tidak jelas diperkirakan 10.000 tahun yang lalu. Wujud dan ciri peninggalannya berupa benda-benda terbuat dari tulang, kerang, dan tanduk, serta lukisan pada dinding batu dan gua yang banyak terdapat pada Indonesia Timur ( gambar 3.2 ).
Manusia zaman ini sudah mulai bercocok tanam dan memelihara ternak. Mereka hidup berkelompok, menggunkan panah untuk berburu dan membuat manik-manik serta gerabah. Selain itu mereka juga membuat lukisan pada dinding gua-gua berupa bentuk tangan, kaki, serta binatang seperti kadal ( gambar 3.2 ), kura-kura, burung, dan benda-benda langit berupa matahari, bulan, serta perahu.
Ciri zaman Mesolithikum :
- Alat-alat pada zaman ini hampir sama dengan zaman paleolithikum
- ditemukannya bukit-bukit kerang dipinggir pantai yang disebut "Kjoken modinger" ( sampah dapur )
- Kapak Genggam ( peble )
- Kapak pendek ( hache courte )
- Pipisan ( batu-batu penggiling)
- Flaces ( alat serpih ), yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu dan berguna untuk mengupas makanan
- Ujung mata panah
- Batu penggilingan ( Pipisan )
- Kapak
- Alat-alat dari tulang dan tanduk rusa
- Peble-Culture ( alat kebudayaan kapak genggam )didapatkan di kjoken Modinger
- Bone-Culture ( alat kebudayaan dari tulang )
- Flakes-Culture ( Kebudayaan alat serpih ) didapatkan di Abris sous Roche
KEHIDUPAN MASA PRASEJARAH
Diperkirakan rentang waktunya mulai dari 2500 S.M - 1000 S.M. Peninggalan zaman ini di Indonesia diperkirakan banyak diperngaruhi oleh imigran dari Asia Tenggara berupa pengetahuan tentang kelautan, pertanian, dan perternakan berupa Kerbau, Babi, dan Anjing.
Alat-alat berupa gerabah, alat pembuat pakaian kulit kayu, tenun, tekhnik pembentukkan kayu dan batu dalam bentuk mata panah, lumpang, beliung
( gambar 3.3 ), hiasan kerang, gigi binatang, dan manik-manik. Seiring dengan berkembangnya keterampilan dan kemampuan bercocok tanam yang dibantu oleh kerbau untuk membajak tanah, kerbau juga dijadikan sebagai binatang simbolik tentang kekuatan dan kekuasaan.
Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang sudah dihaluskan. contoh alat tersebut :
- kapak persegi, misalnya: Beliung, Pacul dan Torah untuk mengerjakan kayu. Ditemukan di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan.
- Kapak Bahu, sama seperti kapak persegi, hanya dibagian yang diikatkan pada tangkainya diberi leher . Hanya ada di Minahasa.
- Kapak Lonjong, banyak ditemukan di Irian, Seram, Gorong, Tanimbar, Leti, Minahasa, dan Serawak
- Perhiasan ( gelang dan kalung dari batu indah ), ditemukan di Jawa
- Pakaian ( dari kulit kayu )
- Tembikar ( Periuk Belanga ), ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Melolo ( Sumba )
Pada zaman ini peninggalan yang menonjol adalah bentuk-bentuk menhir atau tugu peringatan, tempat duduk dari batu, altar, bangunan berundag, peti kubur atau sarkopagus, bentuk-bentuk manusia, binatang yang dipahat pada batu-batu dengan ukuran besar ( gambar 3.4 ). Peninggalan ini banyak terdapat di Sulawesi Tengah. bangunan berundak memiliki hubungan kepercayaan kepada leluhur dan kepada yang suci, bahwa bagian yang lebih tinggi adalah tempat suci yaitu gunung.
Oleh sebab itu bangunan suci, tempat pemujaan leluhur banyak dibangun pada tempat yang tinggi. Penerapan konsep ini sampai saat ini digunakan oleh masyarakat Hindu Dharma di Bali dalam membuat tempat tinggal terutama tempat suci pura.
Hasil kebudayaan zaman Megalithikum adalah sebagai berikut :
- Menhir, adalah tugu batu yang didirikan sebagai tempat pemujaan untuk memperingati arwah nenek moyang
- Dolmen, adalah meja batu yang merupakan tempat sesaji dan pemujaan kepada roh nenek moyang. Adapun yang digunakan untuk kuburan
- Sarchopagus atau keranda, bentuknya seperti lesung yang mempunyai tutup
- Kubur batu/peti mati yang terbuat dari batu besar yang masing-masing papan batunya lepas satu sama lain
- Punden berundak-undak, bangunan tempat pemujaan yang tersusun bertingkat-tingkat
Pada zaman logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari Logam disamping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkannya. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam yaitu dengan cetakkan batu yang disebut Bivalve dan dengan cetakkan tanah liat dan lilin yang disebut Acire Perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan.
Zaman logam dibagi atas:
Zaman Tembaga
Orang menggunakan tembaga sebagai alat kebudayaan. kebudayaan ini hanya dikenal di beberapa bagian dunia saja. Di Asia Tenggara ( termasuk Indonesia ) tidak dikenal istilah zaman tembaga.
Zaman Perunggu
Pada zaman ini orang sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.
Hasil kebudayaan Perunggu yang ditemukan di Indonesia adalah:
- Kapak Corong ( Kapak perunggu ), banyak ditemukan di Sumatera Selatan, jawa, Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, dan Irian. Kegunaannya sebagai alat perkakas
- Nekara Perunggu ( Moko ), berbentuk seperti dandang. Banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Bali, Sumbawa, Roti, Leti, Selayar, dan Kepulauan Kei. Kegunaannya untuk acara keagamaan dan maskawin
- Bejana Perunggu, bentuknya mirip gitar Spanyol tetapi tanpa tangkai. Hanya ditemukan di Madura dan Sumatera
- Arca-arca Perunggu, banyak ditemukan di Bankinang ( Riau ), Lumajang ( Jatim ), dan Bogor ( Jawa Barat ). Perhiasan: Gelang, anting-anting, kalung, dan cincin
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu, sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500°C.
Alat-alat yang ditemukan adalah :
- Mata kapak, yang dikaitkan pada tangkai dari kayu, berfungsi untuk membelah kayu
- Mata Sabit, digunakan untuk menyabit tumbuh-tumbuhan
- Mata Pisau
- Mata Pedang
- Cangkul, Dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar